TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez pada Minggu, 24 Maret waktu setempat, mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan berencana membuka kantor dagang Honduras di sana. Namun kantor Kedutaan Besar Honduras untuk Israel akan tetap berada di Tel Aviv.
"Hari ini, saya mengumumkan sebuah langkah untuk membuka sebuah kantor dagang di Yerusalem, ibu kota Israel. Kantor dagang ini akan menjadi perpanjangan kantor kedutaan besar kami di Tel Aviv," kata Hernandez, seperti dikutip dari reuters.com, Senin, 25 Maret 2019.
Baca: AS Sambut Pengakuan Australia Atas Yerusalem Barat
Pengakuan Hernandez itu mengikuti pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pada Mei tahun lalu, Trump telah memindahkan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Israel ke kota yang masih dipersengketakan Israel - Palestina.
Keputusan Trump itu mendapat kritikan dari banyak negara di dunia dan menyebabkan kemarahan di kalangan masyarakat Palestina. Palestina menggalang dukungan internasional untuk menjadikan Yerusalem timur sebagai ibu kota negara itu.
Baca: Kenapa Israel Kecewa Pengakuan Australia Atas Yerusalem Barat?
Berdasarkan hukum internasional, Yerusalem timur masih berada di bawah penjajahan dan status kepemilikan Yerusalem seharusnya diputuskan dalam kesepakatan damai Israel - Palestina.
Menurut Hernandez, kantor dagang dan kerja sama Honduras di Yerusalem akan dibuka dalam tempo secepatnya. Honduras adalah sekutu Amerika Serikat.
Sebelumnya pada 2017 lalu, Guatemala dan Honduras yang saling bertetangga telah menjadi dua negara yang menentang resolusi PBB yang meminta Washington mencabut pengakuannya bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Guatemala sudah memindahkan kantor kedutaan besarnya ke Yerusalem pada Mei 2018. Amerika Serikat pun berharap Presiden Hernandez bisa mengikuti jejak Guatemala.
Honduras dan Guatemala adalah dua negara yang diselimuti tindak kekerasan dan kemiskinan di Amerika Latin. Keduanya bergantung secara ekonomi pada bantuan dan investasi dari Amerika Serikat. Pemimpin di kedua negara pun penuh dengan kontroversi.